banner ads

Labels

Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 Juli 2012

"GIVE AND YOU WILL BE GIVEN"..DENGAN MEMBERI, MAKA KAMU AKAN DIBERI.

Belum lama ini Saya menyaksikan tayangan film di layar televisi, film jedar-je-dor yang Saya suka. Ceritanya mudah dicerna, apalagi untuk ukuran manusia seperti Saya, yang disodori film Matrix terus ngeloyor pergi meninggalkan Televisi (TV) setelah kira-kira empat puluh lima menit ditayangkan, gara-gara ndak mudeng sama sekali. Dengan tingkat intelektualitas kocrot itu, yaa... paling enak menyaksikan film jedar-jedor atau roman.
Meminjam istilah teman Saya, roman yang picisan. Saya terima saja karena kenyataannya Saya memang demikian meski sungguhnya teman Saya itu malah sedang menjalankan petualangan cintanya yang picisan juga.
"Yooo... bedo tho no. Sana layar lebar, sini punya kan kenyataan. Bagaimanapun picisannya, ya... bedo no. Ruwet dan membuat mumet, sampai jadi kerasa ndak picisan," katanya menjelaskan.
Saya yang mendengarnya ya... manut saja. Meminjam istilah te­man Saya yang lain. "Aaaaatur... saja."
Pengecut
Di salah satu adegan dalam film di layar televisi itu, si penjahat lari menghindari tembakan sang penegak kebenaran alias pak polisi.

Sabtu, 21 Juli 2012

Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat!

Oleh :
Yudhistira ANM Massardi

Jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai—katakanlah hingga dua dekade ke depan—yang akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur.

Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan sarjana yang menganggur. Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Tercatat, sejak 2002, jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta siswa setiap tahun. Dalam ”kalimat lain”, ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya.
Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga ke perguruan tinggi? Jika jawabannya agar mereka bisa jadi pegawai, fakta yang ada sekarang menunjukkan orientasi tersebut keliru. Dari sekitar 105 juta tenaga kerja yang sekarang bekerja, lebih dari 55 juta pegawai adalah lulusan SD! Pemilik diploma hanya sekitar 3 juta orang dan sarjana sekitar 5 juta orang.

Jumat, 20 Juli 2012

Buruknya Pengelolaan Dana Masyarakat oleh Birokrasi Pendidikan

Membaca Tulisan Bapak Moh Mahfud MD tentang “Masih Birokrasi Tong Sampaih Juga” 05.11.2011, memang kami di masyarakat sungguh merasakan kebenarannya dari tulisan tersebut.

Bahkan menurut saya lebih dari itu, karena didunia pendidikan di level bawah (management sekolah) pungutan yang dilegalkan dinas ataupun melalui dalih sukarela untuk melakukan pungutan, ter utama pada sekolah negeri unggulan (SSN atau RSBI), disana penerimaannya masuk ke Rekening bank a/n pribadi pejabat sekolah atau rekening pribadi komite sekolah, atau penerimaan dana dari masyarakat tidak disetorkan ke bank tapi dipergunakan secara langsung. Hal ini jelas – jelas melanggar aturan.
Peraturan Pemerintah Nomor 48/2008 tentang pendanaan pendidikan pada pasal 52 b,c telah mewajibkan agar dukungan dana dari masyarakat tersebut disetorkan lebih dulu ke Rekening atas nama satuan pendidikan, yang berarti “Lembaga sekolah” dan bukannya a/n pribadi pejabat.

Rabu, 16 Mei 2012

PANDANGAN PADA MASALAH PENDIDIKAN



Oleh :
Yan Salam Wahab

Pendidikan adalah mencakup segala usaha perbuatan dari generasi tua untuk  mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta  keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkan melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya” 
Dari  pengertian ini,   maka dapatlah dipahami bahwa pendidikan itu adalah suatu aktifitas dan usaha dari orang dewasa, dengan jalan membimbing dan membina si anak baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 
Pendidikan itu sangat penting sekali bagi kehidupan manusia yang berakal dalam mempertahankan dan mengembangkan minat dan bakatnya dalam kehidupan sehingga menjadi manusia yang bermanfaat untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya, pendidikan juga menentukan kualitas seseorang sehingga terbentuknya suatu kepribadian yang tinggi kemudian kepribadiannya akan terlihat dalam tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

Minggu, 11 Maret 2012

Memperhatikan Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah yang Dikemukakan oleh Darwanto

Oleh :
Prof. Dr. H. Anas Yasin, M.A.
(Guru Besar, Dosen Pascasarjana UNP)

Darwanto (2002), Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Kantor Meneg PPN/Bappenas, mengemukakan bahwa "setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain".

Masyarakat Kerinci (bersama pemimpin mereka) yang begitu cerdas dalam memahami potensi daerahnya seharusnya sudah dapat melihat apa yang sebaiknya dikembangkan di wilayah yang subur itu. Seharusnya sudah terlihat rahasia segumpal tanah surga yang dikaruniakan oleh Tuhan untuk daerah Kerinci. Komoditi yang potensial untuk daerah Kerinci sudah dipahami oleh masyarakat Kerinci. Sehubungan dengan berbagai sektor ekonomi yang harus dikembangkan, berbagai kemungkinan dapat dilakukan; tidak saja sektor pertanian, tetapi sektor-sektor lain juga mungkin untuk dikembangkan.

Seperti yang juga dikemukakan oleh Darwanto, "dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah". Barangkali
KLIK BENDERA UNTUK MENGALIHKAN BAHASA
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified